"13 CIRI-CIRI AHLUS SUNNAH", Wajib Baca

  Didalam hadits telah disebutkan bahwa umat islam akan terpecah kepada 73 golongan , namun hanya 1 golongan saja yang masuk syurga yaitu ahlus sunnah wal jama`ah , timbul pertanyaan dalam diri kita masing - masing , apakah saya sudah termasuk dalam golongan tersebut ? Untuk menentukan termasuk atau tidak silahkan simak baik - baik kriteria / ciri - ciri Ahlus sunnah Wal Jamaah seperti yang sudah diterangkan oleh Imam Ghazali di dalam kitab beliau Ihya Ulumuddin dan kitab yang lainnya :
1. Mengenai ketuhanan :
  • Meyakini yakni Allah merupakan tuhan yang esa yang berhak disembah dengan seluruh sifat kesempurnaan-Nya yang tiada serupa oleh makhluk.
  • Zat Allah bisa diamati melalui mata kepala, dan orang-orang mukmin maka akan melihat-Nya di dalam surga kelak.
  • Segala sesuatu yang berlaku adalah atas kehendak-Nya akan tetapi untuk makhluk terdapat ikhtiyari.
  • Menolak faham Tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhluk.
  • Menolak faham Jabariyah (segala sesuatu atas kehendak Allah tanpa ikhtiayri dari makhluk)
  • Menolak faham Qadariyah (segala sesuatu atas kehendak makhluk tanpa taqdir dari Allah)
2. Mengenai malaikat:

  • Malaikat itu nyata ada serta totalnya gak terhingga. Tiap malaikat mempunyai tugasnya masing-masing, mereka selalu taat pada perintah Allah.
  • Ummat islam semata-mata diwajibkan mengenal 10 nama malaikat yang utama yang memiliki tugasnya masing-masing.
  • Sehubungan oleh keimanan terhadap adanya malaikat, ummat islam pula diwajibkan meyakini adanya jin, iblis serta syaithan.
3. Mengenai kerasulan:

  • Meyakini bahwa seluruh Rasul merupakan utusan-Nya yang diberikan mu`jizat untuk mereka sebagi tanda kebenaran mereka.
  • Rasulullah SAW penutup seluruh Nabi serta Rasul yang diutus untuk bangsa arab serta bangsa yang lainnya, kepada manusia dan jin.
  • Mencintai semua shahabat Rasulullah
  • Meyakini bahwa shahabat yang sangat mulia ialah Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian Sayidina Umar kemudian Saiydina Utsman kemudian Saidina Ali Radhiyallahu ‘anhum.
  • Menjauhi mendiskusikan perkara permusuhan sesama sahabat kecuali buat menerangkan kebenaran dan bagaimana kaum muslimin menyikapinya.
  • Meyakini Ibunda serta Ayahanda Rasulullah masuk surga berlandaskan firman Allah QS. Al-Isra’ ayat 15 :

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا

    “dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra` : 15)


Kedua orang tua Nabi wafat di zaman fatharah (kekosongan dari seorang Nabi/Rasul). pertanda keduanya dinyatakan selamat. Imam Fakhrurrozi menyatakan yakni seluruh orang tua para Nabi muslim.

    Melalui dasar Al-Qur’an surat As-Syu’ara’ : 218-219 :



الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ * وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ

    Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.

    Sebagian Ulama’ menafsiri ayat di atas yakni cahaya Nabi berpindah melalui orang yang ahli sujud (muslim) ke orang yang ahli sujud yang lainnya. Adapun Azar yang secara terang mati kafir, sebagian ulama’ menyatakan tidaklah bapak Nabi Ibrahim yang sesungguhnya akan tetapi dia merupakan bapak asuhnya serta juga pamannya.

    Terang sekali Rasulullah menyatakan yakni kakek serta nenek moyang beliau merupakan orang-orang yang suci tidak merupakan orang-orang musyrik dikarenakan mereka dinyatakan najis di dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman pada surat At Taubah ayat 28:

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ

    “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”
4. Mengenai kitab:

  • Al quran, Taurat, Injil, Zabur merupakan kitab-kitab yang diturunkan untuk Rasul-Nya yang menjadi pedoman buat ummat.
  • Al Quran merupakan kalam Allah dan tidak merupakan makhluk dan tidak merupakan sifat bagi makhluk.

Mengenai ayat mutasyabihat, di dalam Ahlussunnah muncul 2 pandangan para ulama:

        Ulama salaf (ulama yang hidup pada masa sebelum 500 tahun hijryah) lebih menentukan tafwidh (menyerahkan pada Allah) sesudah Takwil Ijmali (umum/global) ataupun diketahui pula melalui istilah tafwidh ma’a tanzih yaitu memalingkan lafahd dari arti dhahirnya sesudah itu menyerahkan maksud dari kalimat tasybih itu kepada Allah.


        Ulama khalaf (Ulama yang hidup pada masa sesudah 500 Hijriyah) lebih menentukan ta`wil yaitu menghamal arti kalimat dengan sebalik arti dhahirnya dengan menyatakan serta memastikan arti yang dimaksudkan melalui kalimat tersebut.


    Di dalam memastikan langkahnya, Ulama Salaf serta Ulama Khalaf sama-sama berpegang dalam surat: Ali Imran ayat: 7

    هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آَيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ

    Maksudnya : “Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-quran) kepada kamu, di antara (isi) nya ada ayat-ayat muhkamat (jelas maksudnya) itulah pokok-pokok isi al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat (tidak difahami maksudnya). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah (karena mereka tidak menyadari telah terjerumus dalam ayat mutasyabihat) dan untuk mencari-cari penafsirannya,”

    [a]. dan tidak ada yang memahami takwilnya melainkan allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya. Mereka berkata : "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, keseluruhannya itu dari sisi tuhan kami" dan tidak sanggup mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS: Ali Imran. 7)

    [b].dan tidak ada yang mengerti takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi tuhan kami" dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS: Ali Imran. 7)

    • Ulama Khalaf berpendapat yakni kalimat  الرَّاسِخُونَ  di’athafkan pada lafadh اللَّهُdan jumlah يَقُولُونَ آَمَنَّا  ialah jumlah musta`nafah (permulaan baru) untuk bayan (menerangkan) sebab iltimas takwil. Terjemahan [a] adalah terjemahan berlandaskan pendapat Ulama Khalaf.
    • Ulama Salaf berpendapat yakni kalimat  الرَّاسِخُونَ  ialah isti`naf. Terjemahan [b] adalah terjemahan berlandaskan pendapat Ulama Salaf.
5. Mengenai kiamat:

  • Kiamat pasti berlaku, tiada keraguan sedikit pun.
  • Meyakini adanya azab kubur.
  • Kebangkitan merupakan perkara yang pasti.
  • Surga merupakan satu tempat yang dipersiapkan buat hamba yang dicintai-Nya.
  • Neraka dipersiapkan buat orang-orang yang ingkar kepada-Nya.
  • Meyakini adanya hisab (hari perhitungan amalan).
  • Meyakini adanya tempat pemberhentian hamba sesudah bangkit dari kubur.
  • Meyakini adanya Syafaat Rasulullah, ulama, syuhada serta orang-orang mukmin lainnya berdasarkan kadar masing-masing.

6. Kewajiban ta`at kepada-Nya terhadap hamba-Nya ialah didapatkan lewat lisan Rasul-Nya bukan dengan akal.

7. Tidak mengatakan seseorang ahli tauhid dan beriman sudah pasti masuk surga atau neraka kecuali orang-orang yang sudah mendapatkan pengakuan dari Rasulullah bahwa ia masuk surga.

8. Tidak mengada-ngadakan sesuatu di dalam agama kecuali atas izin Allah.

9. Tidak menisbahkan untuk Allah sesuatu yang tidak diketahui.

10. Meyakini bahwa shadaqah serta doa untuk orang mati berguna dan Allah memberikan manfaat untuk mayat melalui shadaqah dan doa tersebut.

11. Meyakini adanya karamah orang-orang shaleh

12. Tidak mengkafirkan seorangpun dari ahli kiblat dengan sebab dosa yang mereka perbuat semacam zina, mencuri, minum khamar dll.

13. Perkara sifat dua puluh. Para ulama’ Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah sesungguhnya tidak membataskan sifat-sifat kesempurnaan Allah semata-mata pada 20 sifat saja. Terlebih-lebih seluruh sifat kesempurnaan yang layak bagi keagungan Allah, sudah pasti Allah wajib mempunyai sekian sifat itu, sehingga sifat-sifat kamalat (kesempurnaan dan keagungan) Allah itu sesungguhnya tidak terbatas pada sembilan puluh sembilan saja.