Guru dan Buku

palu buku hukum
APA yang membedakan buku dengan guru? Buku menyodorkan ilmu pengetahuan, terserah kepada kita bagaimana mengambilnya, tepat atau salah. Guru memandu kita dengan hikmah, memilihkan menerangkan sesuai keadaan murid, mana yang terbaik tanpa menyelisihi kebenaran.
Ia menakar dengan pemahamannya yang mendalam tentang agama serta pengetahuannya yang baik tentang murid-muridnya sehingga dengan itu muridnya dapat menjalani agama ini dengan baik. Tidak berguguran di tengah perjalanan.
banner fauzil adhim
Maka adakalanya guru mencegah dari mengejar bilangan hafalan Al-Qur’an terlalu banyak, meminta muridnya mengulang-ulang apa yang telah dihafalnya, bukan karena muridnya tidak memiliki kemampuan menghafalkan dengan baik. Tetapi justru untuk menjaganya agar tidak mudah rontok, hilang hafalan, sesudahnya sangat berat untuk bangkit. Adakalanya guru menyuruh sebagian murid untuk mengambil waktu istirahat, sejenak keluar dari rutinitas belajar, justru untuk menjaga stamina belajarnya, menjaganya pula dari melampaui batas. Beda murid, beda kebijaksanaan yang perlu diambil.
Dan ini menunjukkan bahwa untuk menjadi guru, harus memiliki pemahaman yang sangat mendalam atas ilmu yang diajarkannya. Ia menguasai betul ilmu yang diampunya, memahami literatur rujukan yang dipergunakannya, serta mengenali dengan baik murid-murid yang dibimbingnya. Tanpa itu, ia hanya menjadi tutor alias penyampai informasi pengetahuan. Bukan sungguh-sungguh seorang guru.
Jika Anda berkeinginan kuat untuk menjadi guru, betapa pun selama ini telah mengajar setiap hari, sudahkah dua bekal berkenaan dengan ilmu dan penerimanya ini telah Anda siapkan?
Anak-anak kita di sekolah, sudah mereka dididik oleh para guru? Ataukah sekedar diajari oleh para tutor, meskipun disebut dengan julukan guru? [rf/islampos