Itulah sahabat. Temannya curhat malah diejek. Lihat, nutup muka. Meskipun demikian, mereka saling mengisi kekosongan. Tak ada marah sedikitpun kecuali tawa bahagia mekar merona.
Intinya hijrah dari masa kelam ke masa terang. Bukan berarti kami menertawaimu kami sempurna. Tidak, sekali lagi tidak. Tawa kami karena mendegar curhatanmu bukan perjuangan untuk hijrahmu. Akuanmu tentang kegelisahan hati yang tak menentu dari dosa yang telah diakui, merupakan tanda bahwa hati masih bisa diperbaiki. Dibersihkan dengan kalam-kalam ilahi, shalat dan selalu mendengar perintah ilah dan rasul. Hati-hati dengan hati karena hati bisa mati. Matinya hati tidak sama dengan matinya jasad. Matinya hati berbentuk rasa, rasa tidak bersalah dari dosa yang telah diperbuat, tidak sedikitpun menyesal apalagi niat dan usaha untuk bertobat, bahkan tidak malu dosanya diceritakan pada orang lain karena keangkuhan bukan karena mencari solusi pertaubatan.
Banyak sahabat yang susah move on. Meninggalkan cerita lama untuk cerita yang baru. Kok bisa susah ? Caranya mudah. Sebelum move on, kita lakukan move a way dulu. Maksudnya adalah kita tutup semua ruang yang mengingatkan kita pada masa lalu, lari dari segala macam belenggu, baru move on. Move on adalah terlepasnya diri dari belenggu masa lalu. Jangan katakan move on bila masih mengenang masa lalu, kemudian meneteskan air mata lalu marah dan murka pada orang yang disukai apalagi dibenci.
Tak ada manusia yang sempurna, Semua pernah salah dan lupa. Di setiap salah, ada titik kebenaran hingga salah terhapuskan. Cari titik itu, temukan dan pertahankan. Berkumpullah pada jiwa-jiwa pejuang perbaikan. Sedikit banyak engkau terimbas kebaikan.
Jangan sungkan berbagi pada mereka yang memiliki kebaikan hati untuk mendengarkan dan memberi solusi padamu. Mulai sekarang, Stop meratapi masa lalu, Selesaikan dengan cerdas. Hakikat kecerdasan bukan pada otak. Tapi kecerdasan berasal dari hati yang memberikan cahaya kebaikan pada otak hingga kau berfikir jernih dengan tuntunan ilahi.