Dalam rangka memperingati HUT INKAI ya ke-48 tahun, pengrov Inkai Kalbar bekerjasama dengan MSH (Majelis Sabuk Hitam) Inkai Kalbar pada hari jum’at 19 April 2019 mengadakan kegiatan anjangsana dan tali asih ke keluarga almarhum Sensei Edi Kaswari. Beliau adalah salah satu senior, penggerak, sahabat, guru sekaligus orang tua bagi para karateka INKAI Provinsi Kalimantan Barat. Rangkaian kegiatan ini adalah sebagai bentuk kenangan, silaturahmi, juga perhatian dari perguruan karate INKAI terhadap jasa-jasa yang telah diberikan kepada INKAI semasa hidup beliau.
Kegiatan tersebut dimulai dengan pertemuan
pengurus beserta anggota Majelis Sabuk Hitam di gedung serbaguna SMA 8 Jl.
Ampera. Diawali pengarahan oleh ketua MSH Provinsi Kalimantan Barat Sensei Zainal “DAN VI” dan dilanjutkan
pengarahan dari Sensei Kadarusman. Dalam
kegiatan ini Pengrov dan MSH INKAI Provinsi Kalimantan Barat juga mengadakan
penggalangan dana untuk keluarga almarhum, sebagai bentuk perhatian dan
kepedulian dan membalas jasa pengurus, anggota terhadap keluarga almarhum. “meskipun jasa itu tidak terbalaskan, paling
tidak ada kepedulian kita terhadap keluarga almarhum, karena semasa hidupnya, waktu
beliau banyak dihabiskan di INKAI dari pada keluarganya” Sensei Kadarusman.
Jumlah nominal dari penggalangan dana/tali
asih terkumpul (+-) Rp. 6.900.00,- disampaikan
oleh Senpai Rajali selaku penanggungjawab pengumpulan dana/tali asih. dan diakhiri pembacaan doa, kemudian rombongan
pergi ke rumah keluarga almarhum Sensei Edy Kaswati.
PENYERAHAN TALI ASIH OLEH SENSEI KADARUSMAN |
Ada momen-momen yang mengharukan
disaat mengenang kiprah beliau di perguruan INKAI. Perasaan sedih dan air mata
tak terbendung disaat menceritakan masa-masa bersama beliau. Sensei Mulyadi adalah sosok yang dulu pernah berlatih
bersama beliau di Balai Prajurit. “ dulu
sebelum latihan, saya selalu diperintahkan untuk menyapu dan mengepel sebelum
anak-anak datang. Kebetulan saya juga diamanahkan untuk memegang kunci ruangan.
Bahkan sering disaat anak-anak belum datang, saya dahulu yang dilatih beliau. Karena
ketulusan dan kerja keras beliau melatih al hamdulillah saya bisa berlaga di
kaca nasional”. Pungkas Sensei Mulyadi, dengan juraian air mata.
“Beliau adalah sosok yang tegas, mengayomi, pelindung di saat kami para
juri bertugas, tak jarang kami biasa dilempari kursi di saat bertugas, namun di
saat ada beliau, cukup berdiri saja, mereka-mereka yang ingin mengitimidasi
kami tidak terjadi”. Pungkas Sensei Utin dengan raut wajah dan suara lirih sedih
mengenang jasa-jasa beliau.
“sampai saat sekarang ini, kami tidak menemukan sosok figur yang sama
seperti beliau” sahut Sensei kadarusman.
Setelah dari rekan-rekan INKAI
menyampaikan kesan/kenangan bersama almarhum, kemudian kami meminta isteri beliau sebagai orang yang
paling dekat dengan almarhum untuk menceritakan apa saja yang menjadi kenangan,
pesan, dan adakah cerita-cerita bapak atau pesan khusus untuk kami di INKAI.
Tangis-pun tak terbendung oleh
isteri beliau, sesekali menarik nafas panjang. “ kalau menyebut namanya saya tidak kuat, saya selalu menangis”. Suasanapun
semakin haru. Beberapa rekan menitikkan air mata, tertunduk diam mendengarkan
penuturan dari isterinya.
“ di saat bapak baru pulang dari kegiatan Karate di Nasional, beliau
menelfon saya dan minta jemput, padahal waktu itu saya tidak bisa menjemput,
tapi bapak bersih keras ingin saya yang jemput, ya sudah saya jemput. Sesampainya
saya di sana, saya melihat bapak duduk di bawah pohon besar, saya menghampiri
beliau dan meminta untuk naik ke motor, lalu beliau berkata kepada saya “buka
helm, matikan dulu motornya, dan duduk dulu di sini”.Pungkas Isterinya.
Selanjutnya, beliau pernah pulang ke rumah pada malam
hari, pada saat itu saya sedang tidur. Beliau membangunkan saya untuk makan di
luar dan beliau mengatakan “sebentar lagi
saya akan pergi”. Saya tidak bisa memenuhi ajakan beliau, karena pada saat
itu kondisi saya sedang kecapean kemudian melanjutkan tidur saya kembali. Namun
ada hal yang membuat saya terbangun lagi disaat saya mendengar ketipan kuku,
saya bangun dan melihat beliau memotong kuku setelah mandi pada malam itu juga.
Beliau berkata “besok kita akan ke
dokter, menghadap dokter itu harus rapi”. Cerita isteri beliau.
Perilaku almarhum seakan-akan sudah
mengetahui akan terjadi perpisaha ruh dan jasad dalam wujud manusianya. kita
belum tentu sebaik beliau di saat mengetahui kondisi tubuh sedang sakit keras, mendekati ajal beliau mempersiapkan dan
membersihkan kotoran yang melekat di tubuhnya.
SENSEI EDI KASWARI |
“Disaat beliau sudah kami naikkan ke mobil untuk dibawa ke rumah sakit,
beliau memandang agak lama, pandangan itu tidak biasa saya lihat. Sesampainya kami
di rumah sakit, beliau pun diperiksa kemudian saya mengurus administrasi
registrasi. Berselang beberapa waktu saya dipanggi dari pihak rumah sakit, dan
dari pihak rumah sakit meyampaikan tentang kondisi bapak, dan mengatakan bapak
sudah tidak ada.”.
“ Pada saat itu saya menangis, saya tidak sempat untuk meminta maaf. Ketika
saya menarik bahu dan tangan bapak berharap bapak bisa sadar kembali, perawat
mengatakan saya bahwa bapak sudah tidak ada. kemudian Saya berbisik
ditelinganya bapak untuk bangun, saya mau minta maaf, saya maafkan bapak, bapak
maafkan saya.”
“namun keajaiban terjadi, bapak perlahan memegang erat tangan saya,
perawat-pun kaget dan mengatakan “nafasnya kembali”. Perawatpun langsung sigap
memasang alat bantu buat bapak. Saya melihat bapak bernafas dengan susah payah,
tanpa kata yang keluar dari mulutnya. Saya hanya bisa berbisik untuk meminta
maaf, dan mengikhlaskan jika bapak ingin pergi. Perlahan jari jemari bapak
melepaskan tangan saya”.
Dan isak tangis diantara kami
yang berada di rumah almarhum-pun pecah. Tak mampu kami membendung air mata
membasahi pipi, menarik nafas panjang sebagai usaha nertalisir kesedihan kami.
Setelah bersilaturahmi ke
keluarga al marhum. Kami-pun membaca doa dan beranjak menuju pemakaman beliau
di Jl. Danau Sentarum, Pemakanan Muslim.
Sesampainya kami diperkuburan,
kami berjalan menuju kuburan beliau. Sesampaimya kami di sana, kami melihat
kuburan beliau tidak sama dengan kuburan pada umumnya. Tiang lahat yang
pecah-pecah, tanpa di semen atasnya, masih bertanah liat, dengan kayu yang
dilingkari di sekelilingnya agar tanah tidak runtuh. Layaknya kuburan yang baru
dibuat tapi kondisi kuburnya tidak diperbaharui. Disaat salah seorang diatara
kami bertanya “ini kuburannya bu?”. Sahut
beliau “ia, beliau berpesan, tidak mau
dirapikan kuburannya, karena yang dia butuhkan bukan kuburan yang rapi, tapi
doa dari anak dan isterinya” saya
penulis yang mendengar dari kejauhan terenyuh mendengar jawaban isteri beliau. Kemudian kami lanjutkan dengan
pembacaan tahlil, doa hingga selesai.
Kamipun pamitan bersama keluarga
beliau.
PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
BERSAMA ISTERI AL MARHUM (TENGAH ROK MERAH) |
Jika lahir dari ketulusan maka
akan menghasilkan ketulusan. Meski 6 tahun silam beliau meninggalkan kita
semua, namun rasa perhatian, rindu, kenangan takkkan pernah hilang. Beliau adalah
sebaik-baiknya manusia karena memberi manfaat terhadap manusia yang lain.
Mati kita belum tentu dikenang,
atau bahkan orang lain berharap kita mati. Mungkin karena ucapan dan tingkah
laku kita selalu menyakiti saudara. Oleh karenanya semasa hidup jadilah kita
sebaik-baik manusia yang memberi manfaat kepada orang lain. Tuhan menciptakan
manusia dari LEMAH menjadi KUAT, kemudian dari kuat menjadi LEMAH dan BERUBAN.
Qs. Ar rum : 45.
Sewaktu bayi kita lemah, beranjak
dewasa kita kuat, menua kita mulai melemah dengan berbagai batas pergerakan,
penglihatan, pendengaran, pemikiran, perasaan, dan segala aktifitas yang
menurun. Namun semangat harus tetap ada, semangat ini ada pada almarhum. Disaat
sakitpun masih berkeinginan berangkat mengikuti ujian DAN VI, yang kemudia
dibatalkan isteri beliau karena melihat kondisi beliau.
Semoga INKAI tetap jaya. Menjujung
tinggi adab, dan tidak melupakan jasa-jasa pendahulunya. Tidak ada dahulu maka
tidak ada sekarang. Tidak ada senior maka tidak ada junior.